5 Pendekatan Besar dalam Pendidikan

Dalam dunia pendidikan, terdapat beberapa pendekatan besar yang menjadi dasar dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini memengaruhi metode, strategi, dan teknik yang digunakan oleh pendidik untuk membantu siswa mencapai hasil belajar yang optimal. Berikut adalah lima pendekatan besar dalam pendidikan (Dimyati & Mudjiono, 2006).

1. Pendekatan Behavioristik

Pendekatan ini didasarkan pada teori behaviorisme, yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku akibat interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2010). Fokus utamanya adalah stimulus dan respons, serta penguatan (reinforcement) melalui reward dan punishment. Menurut Hamalik (2010), pendekatan ini sangat cocok digunakan dalam pembelajaran yang membutuhkan pembentukan kebiasaan dan keterampilan dasar, seperti membaca, menulis, dan berhitung.

Ciri-ciri:

  • Berpusat pada perubahan perilaku yang dapat diamati.
  • Menggunakan latihan dan pengulangan untuk membentuk kebiasaan.
  • Guru berperan aktif sebagai pengendali proses pembelajaran.

Contoh dalam Pembelajaran:

Seorang guru matematika memberikan latihan soal perkalian secara berulang kepada siswa kelas 2 SD. Setiap kali siswa menjawab dengan benar, mereka mendapatkan stiker bintang sebagai penghargaan. Jika ada yang salah, guru membimbing mereka untuk mengulang latihan sampai benar. Dengan cara ini, siswa terbiasa menghafal perkalian melalui pengulangan dan motivasi dari penghargaan (Hamalik, 2010).

2. Pendekatan Kognitivisme

Pendekatan ini menekankan bahwa proses belajar melibatkan aktivitas mental, seperti pemahaman, pemrosesan informasi, dan pemecahan masalah (Suparno, 2001). Menurut Piaget dalam Suparno (2001), pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya.

Ciri-ciri:

  • Belajar adalah proses pemrosesan informasi dalam otak.
  • Siswa didorong untuk berpikir kritis dan menganalisis informasi.
  • Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa memahami konsep.

Contoh dalam Pembelajaran:

Dalam pelajaran sejarah, guru meminta siswa untuk membuat peta konsep tentang Perang Dunia II. Siswa menghubungkan penyebab, peristiwa penting, dan dampaknya dalam bentuk diagram yang terstruktur. Dengan cara ini, mereka tidak hanya menghafal fakta, tetapi juga memahami hubungan antar kejadian (Suparno, 2001).

3. Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan ini menekankan bahwa siswa harus membangun sendiri pengetahuan mereka melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan (Suparno, 2001). Menurut Vygotsky dalam Suparno (2001), pembelajaran akan lebih efektif jika siswa didorong untuk berinteraksi dan berdiskusi dengan teman sebaya atau guru.

Ciri-ciri:

  • Siswa aktif dalam proses belajar dan membangun pemahamannya sendiri.
  • Pembelajaran berbasis masalah dan pengalaman nyata.
  • Menekankan pada kolaborasi dan eksplorasi.

Contoh dalam Pembelajaran:

Dalam mata pelajaran IPA, guru memberikan tantangan kepada siswa untuk membuat filter air sederhana menggunakan bahan-bahan yang ada di rumah, seperti pasir, kapas, dan botol plastik. Siswa bekerja dalam kelompok untuk mencari solusi terbaik dan menguji hasilnya. Dengan cara ini, mereka mengalami sendiri proses pemurnian air dan memahami konsep filtrasi (Suparno, 2001).

4. Pendekatan Humanistik

Pendekatan ini berfokus pada perkembangan individu secara holistik, mencakup aspek intelektual, emosional, dan sosial (Sudjana, 2005). Menurut Maslow dalam Sudjana (2005), kebutuhan emosional dan psikologis siswa harus terpenuhi agar mereka dapat belajar dengan optimal.

Ciri-ciri:

  • Pembelajaran harus memperhatikan emosi dan motivasi siswa.
  • Guru berperan sebagai pembimbing yang menciptakan suasana belajar yang nyaman.
  • Siswa diberikan kebebasan untuk berkembang sesuai dengan potensi mereka.

Contoh dalam Pembelajaran:

Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, siswa diminta menulis esai tentang impian mereka di masa depan. Setelah itu, mereka berbagi cerita di depan kelas tanpa takut salah atau dihakimi. Guru memberikan umpan balik positif dan membangun kepercayaan diri mereka. Pendekatan ini membantu siswa mengembangkan ekspresi diri dan motivasi belajar (Sudjana, 2005).

5. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Pendekatan ini menghubungkan pembelajaran dengan konteks dunia nyata, sehingga siswa dapat lebih memahami dan menerapkan ilmu yang mereka pelajari (Wena, 2009). Menurut Johnson dalam Wena (2009), pembelajaran kontekstual membantu siswa memahami hubungan antara teori dan praktik melalui pengalaman langsung.

Ciri-ciri:

  • Materi pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
  • Menggunakan strategi pembelajaran aktif, seperti diskusi dan simulasi.
  • Mendorong keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah.

Contoh dalam Pembelajaran:

Dalam pelajaran ekonomi, guru mengajak siswa ke pasar tradisional untuk mengamati transaksi jual beli. Setelah kembali ke kelas, mereka berdiskusi tentang konsep permintaan, penawaran, dan harga. Dengan melihat langsung proses ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, siswa lebih mudah memahami materi (Wena, 2009).

Kesimpulan

Kelima pendekatan besar ini memiliki keunggulan masing-masing dan sering digunakan secara kombinatif dalam pembelajaran. Pendekatan behavioristik cocok untuk pembentukan kebiasaan, kognitivisme untuk pengembangan pemikiran, konstruktivisme untuk pembelajaran aktif, humanistik untuk pengembangan pribadi, dan kontekstual untuk menghubungkan teori dengan dunia nyata.

Dengan memahami dan menerapkan pendekatan yang sesuai, guru dapat menciptakan proses pembelajaran yang lebih efektif, menarik, dan bermakna bagi siswa. Semoga bermanfaat!

Referensi

Dimyati, M., & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, O. (2010). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suparno, P. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.

Sudjana, N. (2005). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.

Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

0 Komentar